Jumat, 30 September 2011

Apakah Sains Itu


Dra. Sawitri Komarayanti, MS
 A. APAKAH SAINS ITU?
Cukup sulit memunculkan suatu pengertian sains yang dapat diterima oleh semua pihak, termasuk oleh para ahli atau orang-orang yang berkecimpung dalam bidanganya. Terkadang pengertian yang satu tidak selaras, bahkan seperti bertentangan dengan pengertian lainnya. Hal ini terjadi paling tidak diakibatkan oleh 2 hal yang paling mendasar. Pertama, karena sangat luasnya ruang lingkup kajian dan eksplorasi dalam keilmuan bidang sains, sehingga memungkinkan para sainstis dalam menggali dan mengembangkannyadapat meninjau dari berbagai sudut pandang yang relative berbeda, kedua, karena sifat sains yang dinamis, yaitu berkembang terus menerus seiring dengan berbagai usaha dan explorasi manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan hakekatnya, sehingga berbagai perspekif baru setiap kali dapat saja ditemukan dan dikemukakan kepada masyarakat.
Meskipun titik temu konsep tentang sains yang bersifat standard dan dapat diterima oleh semua fihak sulit dikemukakan, tetapi batasan-batasan yang bersifat mendasar (substansi) dapat dimunculkan dari berbagasi dimensi. Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia, artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu dengan merujuk pada kata Wissenchaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Dari uraian diatas dapat ditarik pengertian sains secara substansial. Berdasar definisi-definisi yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap.
2
Dengan kata lain sains dapat dipandang sebagai suatu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Apabila kesimpulan tersebut dikaitkan dengan program pembelajaran sains yang dimaksudkan alam buku ini, maka sesungguhnya ruang lingkup program pembelajaran sains yang akan dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar tersebut, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Gambaran tentang batasan dari sains sebagai proses, sebagai produk dan sebagai sikap dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubunagan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan) dan percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif. Meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tesebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori (Carin dan Sund 1989; Sinardi, 1989). Fakta adalah suatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau symbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda (obyek), peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah preposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis, dan kebenarannya sudah teruji secara empiric serta dianggap berlaku secara universal (Hasan,1996).



3
Secara sederhana konsep adalah batasan atau pengertian dari sesuatu, misal: jika bola dipandang sebagai suatu konsep, maka kita dapat mengemukakan tentang pengertian tentang bola adalah suatu benda yang berbentuk bulat dan biasanya digunakan dalam permainan, seperti permainan sepak bola, permainan bola basket, dan sebagainya. Sedangkan teori secara sederhana adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) sehingga menjadi asas atau hukum umum suatu ilmu pengetahuan, misalnya teori atom: teori yang menyatakan  bahwa materi disusun oleh partikel-partikel kecil yaitu atom; contoh lain: teori heliosentris, yaitu teori yang menyatakan bahwa bumi itu berbentuk bulat serta berputar mengelilingi sumbunya, dan beserta planet-planet lainnya beredar mengelilingi matahari.
Ketiga, sains ssebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Sikap dimaksud dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar; yaitu 1). Seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah dan 2). Seperangkap sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandanng dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karier dimasa depan (Dawson, 1995; Sarkim, 1998). Termasuk kedalam kelompok pertama adalah a). kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, b). kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, c). kemauan melakukan eksperimen atau melakukan kegiatan secara berhati-hati, d). menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan. Sikap-sikap yang termasuk kedalam kelompok kedua adalah, a). rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, b). pengakuan bahwa sains dapat membantu memecahkan masalah-masalah individual dan global, c). memiliki rasa antusiasme untuk mengusai pengetahuan dan metode sains, d). pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini, e). pengakuan bahwa sains merupakan aktivitas manusia f). pemahaman hubungan antara sains dan bentuk manusia lainnya.




4
B. SIAPAKAH  ILMUWAN  ITU?
Ilmuwan merupakan padanan kata dari Scientist yang diambil dari istilah dalam bahasa inggris. Terkait dengan kaidah tersebut, dapatkah kita mengetahui bahwa seseorang termasuk sebagai ilmuwan atau bukan ? Jawaban tentu dapat, walaupun terkadang agak sulit. Lalu, bagaimanakah cara mengetahui dan menentukannya ? Cara yang paling tepat untuk mengungkapkannya adalah dengan mengidentifikasi karakteristik yang melekat padanya.
 Semakin banyak ciri-ciri yang cocok dengan karakteristik ilmuwan melekat, maka semakin kuat seseorang dapat dikategorikan sebagai ilmuwan; sebaliknya semakin sedikit ciri-ciri yang sesuai melekat, maka semakin kecil dia mendapatkan gelar sebagai ilmuwan. .
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan sebagai saintis dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :
1.    Dari cara kerja dalam menyingkap alam dan menyelesaikan permasalahan.
Seseorang dapat dikatakan sebagai saintis, apabila cara kerja dia dalam mengenal, menggali dan mengungkap segala sesuatu yang terkait dengan alam ini dan segala permasalahannya mengikuti proses ilmiah, dengan kata lain menggunakan metode ilmiah (scientic method). Cara-cara kerja yang dapat dilakukan oleh seorang saintis, diantaranya mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, merancang penyelidikan termasuk eksperimen- eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Indikator-indikator tersebutlah yang dijadikan rujukan untuk melihat cara kerja seseorang, apakah memenuhi criteria saintis atau tidak.
2.    Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya.
Kemampuan seseorang dapat dikatakan sesuai ilmuwan dapat dilihat dari bagaimana ia menjelaskan hasil dan cara-cara mendapatkannya, maksudnya adalah hasil-hasil pengungkapan dan penyingkapan fenomena tentang alam dan permasalahannya, baik berupa fakta, konsep, prinsip, teori maupun aspek-aspek lain terkait dengan yang ditemukan dapat dijelaskannya secara memadai dan sesuai prosedur ilmiah yang diakui.



5
3.    Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapinya.
 Untuk dapat melakukan cara kerja yang sesuai dengan prosedur dan metode sains serta dapat menghasilkan  sesuatu sesuai dengan keinginannya; maka seseorang bila ingin dikatakan sebagai saintis, harus memiliki sikap-sikap positif yang menunjang produktivitas dan aktifitasnya dalam pengungkapan dan pengembangan pembelajaran sains itu sendiri. Beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran melekat atau tidaknya sikap-sikap sebagai saintis, diantaranya:
a.         Memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi
b.        Memiliki sikap tidak mudah putus asa
c.         Memiliki sikap keterbukaan untuk dikritik dan diuji
d.        Memiliki sikap menghargai dan menerima masukan
e.         Memiliki sikap jujur
f.         Memiliki sikap kritis
g.        Memiliki sikap kreatif
h.        Memiliki sikap positif terhadap kegagalan
i.          Memiliki sikap rendah hati
j.          Hanya menyimpulkan bila didukung oleh data yang memadai
Mengacu pada uraian diatas, dapat ditarik suatu pernyataan bahwa saintis itu tidak dilahirkan, tetapi dihasilkan melalui pembinaan, pembiasaan, pelatihan mungkin juga tempaan-tempaan yang kadang-kadang membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sifat-sifat saintis tidak begitu saja langsung melekat pada individu, tetapi berkembang secara bertahap, simultan dan membutuhkan konsistensi dalam pengkarakterannya.
Bagaimanakah dengan karakteristik anak usia dini jika memiliki kesamaan dengan indicator-indikator sainstis diatas? Hal tersebut dapat dijelaskan pertama setiap anak secara genotif memang sejak lahir dianugerahi oleh Tuhan alat-alat untuk mengisi kehidupannya dalam keadaan yang cukup lengkap sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk yang paling sempurna. Atas hal tersebut, sifat-sifat sainstis yang ada pada seseorang anak lebih harus dipandang sebagai potensi menjadi saintis, bukan sains atau saintis itu sendiri.



6
Kedua, hal tersebut hahrus dipandang sebagai suatu titik (entry-points) dan pengalaman awal anak yang dapat dijadikan titik tolak dalam pengembangan, pembinaan dan pembelajaran sains pada anak secara khusus maupun secara umum. Hal tersebut sangat penting dipahami sebagai berbagai tindakan pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki kesinambungan dengan sifat-sifat dasar sains yang telah dimiliki oleh anak sejak kelahirannya. Disinilah penulis ingin menegaskan, mengapa pembekalan sains penting dilakukan pada individu sejak usia mereka masih dini, yaitu agar potensi menjadi ilmuwan dan pengalaman awal sains pada setiap anak dapat difasilitasi dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian pendidikan dan pembelajaran sains pada anak menjadi lebih optimal, bermakna, fungsional dan sinergis dengan kondisi anak, baik ditinjau dari psikologis maupun pedagogis.

C. ANAK DAN SAINS.
Banyak ahli yang telah menyelidiki bagaimana konsep dan batasan sains ditinjau dari sudut anak, diantaranya menurut Carson 1965 (Holt, 1991), berdasarkan pengamatannya tehadap perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan berbagai obyek sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau merangsanganya untuk mengetahui dan mnyelidikinya.
Dengan batasan tersebut, sains oleh anak dapat ditemukan di semua tempat, baik dirumah, dihalaman, disekolah dan sebagainya.
Biasanya anak-anak yang tinggal dipedesaan, menangkap kodok dan mengikatnya dengan tali dari pelepah pisang kemudian si kodok dibiarkan melompat, dan anak secara beramai-ramai dengan temannya mmperhatikan bagaimana kodok melompat merupakan bagian dari pemahaman dan perilaku sains yang diekspresikan oleh mereka. Sebaliknya bagi anak-anak yang tinggal diperkotaan, mengamati berbagai fenomena kendaraan dipinggir jalan yang berlalu lalang silih berganti, dalam pikiran mereka ada yang melaju cepat, melaju lambat bahkan ada yang berhenti, dan mati mesinnya:itu merupakan bagian dari  sains juga baik bagi anak-anak di daerah tersebut.


7
Contoh konkrit lainnya yang lebih nyata, misalnnya:
·           Anak menangkap capung, memasukkannya ke sebuah toples, mengamati dan merasakannya, berikutnya timbul rasa kasihan (iba), sehingga tumbuh perasaan lebih baik dilepaskan
·           Anak mengenakan jaket dimusim hujan (dingin) dan merasakannya menjadi hangat selama dan setelah mengenakannya
·           Anak melihat dan memperhatikan seekor kepiting dan seekor laba-laba. Mereka membanding-bandingkannya, kemudian timbul pertanyaan di benaknya mengapa keduanya seperti mirip?
·           Seorang anak mengamati orang dewasa sedang memberikan makanan pada hewan. Perlahan-lahan dia mendekati, kemudian disamping orang dewasa tersebut ia mulai memberanikan diri memberikan makanan secara langsung pada hewan itu.
Dengan segala potensi sains yang melekat pada anak, bagaimanakah implikasinya terhadap kita, lebih khusus kepada kita yang senantiasa berada disekitar anak? Jawabnya, secara umum kita bertanggung jawab terhadap pendidikan mereka. Mengapa?, karena kita berada pada posisi  yang lebih luas wawasannya, lebih kaya pengalamannya, dan lebih kuat dibandingkan dengan kehidupan dan keadaan anak-anak. Semua pengalaman tersebut merupakan suatu keuntungan bagi kita untuk dapat menjelaskan dan mendampingi mereka dalam mengungkap dan menghadirkan dunia sains kehadapan anak. Untuk merealisasikannya, tidak perlu ragu, kita harus yakin bahwa anak memiliki kemampuan, kesanggupan dan kepekaan untuk mendapatkan jawabannya;dengan kata lain mereka akan dapat mengenal sains secara baik.

D. MATEMATIKA BAGI ANAK USIA DINI
Saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan menjelajah dan menemukan benda-benda disekitarnya, anak dihadapkan pada dunia matematika. Selama melakukan kegiatan harap selalu diingat bahwa pemahaman matematika dan perasaan bahwa matematika itu menyenangkan akan membantu anak mengembangkan keterampilan yang akan ia perlukan demi keberhasilan seumur hidupnya. Kegiatan dalam hal ini dimaksudkan agar menyenangkan dan menarik serta menggunakan benda-benda yang ada dirumah dan disekitar anak.

8
Matematika ada dimana-mana, dan matematika itu menyenangkan., Matematika merupakan salah satu hal dasar yang perlu dipelajari anak, disamping membaca, matematika juga merupakan hal yang dapat anda ajarkan pada anak sedini mungkin. Bayi dan anak kecil senang belajar, jadi kenapa tidak kita kenalkan mereka pada matematika?. Anda harus berhati-hati untuk tidak memaksakannya pada anak supaya mereka tidak membenci matematika, yang perlu dilakukan anda dan orang tua adalah mengerjakan kegiatan matematika untuk anak-anak, bukan mengajarkan matematika seperti disekolah (maksudnya dengan menghafal dan ulangan, hal itu justru akan membuat anak benci matematika).
Matematika menjadi semakin penting pada zaman teknologi, semakin penting jugalah anak belajar matematika disekolah maupun rumah. Pada dasarnya, kemampuan anak memang sangat luar biasa. Dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah menyaksikan sendiri bagaimana luar biasanya seorang anak dalam: 1). Menyerap informasi, 2). Menghafal berbagai jenis informasi (lagu, iklan, gaya orang lain). 3). Menangkap informasi sekaligus dengan berbagai indra seperti misalnya sekalipun mereka sedang bermain, mereka biasa “belajar”.
Kemampuan yang luar biasa ini memang sudah dibuktikan oleh para ahli  bahwa: 1). Otak anak tumbuh sangat cepat saat balita 2). Kecerdasan anak berkembang dengan sangat luar biasa di usia balita dan 3). Proses bersambungnya sel-sel saraf diotak terjadi dengan kecepatan luar biasa diusia balita dan proses ini terjadi hanya melalui stimulus pada kelima indranya.
Jadi memang sangat memungkinkan untuk memperkenalkan konsep dasar tentang matematika yang begitu penting diusia yang sangat dini, sehingga penataan nalar anak dapat dibentuk dari awal sejak kecil. Didalam bukunya “Bagaimana Mengajar Anak Matematika Sambil Bergembira”. Gleen Doman mengatakan bahwa sesungguhnya  anak-anak kecil ingin belajar matematika, anak-anak kecil dapat belajar matematika, anak-anak kecil senang matematika.
Bagaimana sikap anda terhadap matematika? Sikap anda akan mempengaruhi anggapan anak tentang matematika serta anggapannya tentang diri sendiri sebagai “ahli matematika”. Mari kita pikirkan sebentar tentang pertanyaan berikut? 1). Apakah menurut anda setiap orang dapat belajar matematika? 2). Apakah menurut anda matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari? 3). Apakah menurut anggapan anda kebanyakan pekerjaan saat ini menuntut keterampilan matematika?
9
Kalau kebanyakan jawaban anda “ya”, kemungkinan besar anda mendorong anak untuk berfikir matematis. Sikap positif terhadap matematika sangat penting bagi keberhasilan anak.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites