Kamis, 29 September 2011

Konsep sains dan matematika anak usia dini

Oleh Dra. Sawitri Komarayanti Ms
BAB 1
KONSEP SAINS DAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
Setelah membaca bab ini, anda diharapkan mampu :
1.      Menjelaskan definisi  sains dan matematika
2.      Menganalisis siapa ilmuan itu?
3.      Menjelaskan hubungan anak dan sains?
4.      Mengenalkan matematika pada anak usia dini
 
A.    APAKAH SAINS ITU
Cukup sulit memunculkan suatu pengertian sains yang dapat diterima oleh semua pihak, termasuk oleh para ahli atau orang-orang yang berkecimpung dalam bidanganya. Terkadang pengertin yang satu tidak selaras, bahkan seperti bertentangan dengan pengertian lainnya. Hal ini terjadi paling tidak diakibatkan oleh 2 hal yang paling mendasar. Pertama, karena sangat luasnya ruang lingkup kajian dan eksplorasi dalam keilmuan bidang sains, sehingga memungkinkan para sainstis dalam menggali dan mengembangkannyadapat meninjau dari berbagai sudut pandang yang relative berbeda, kedua, karena sifat sains yang dinamis, yaitu berkembang terus menerus seiring dengan berbagai usaha dan explorasi manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan hakekatnya, sehingga berbagai perspekif baru setiap kali dapat saja ditemukan dan dikemukakan kepada masyarakat.
Meskipun titik temu konsep tentang sains yang bersifat standard dan dapat diterima oleh semua fihak sulit dikemukakan, tetapi batasan-batasan yang bersifat mendasar (substansi) dapat dimunculkan dari berbagasi dimensi. Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia, artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis yang tepat tentang sains yaitu dari bahasajerman, hal itu dengan merujuk pada kata Wissenchaft, yang meiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasi secara sistematis.
Dari uraian diatas dapat ditarik pengertian sins secara substansial. Berdasar definisi-definisi yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Dengan kata lain sains dpat dipandang sebagai suatu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Apabila kesimpulan tersebut dikaitkan dengan program pembelajaran sains yang dimaksudkan alam buku ini, maka sesungguhnya ruang lingkup programpembelajaran sains yang akan dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar tersebut, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Gambaran tentang batasan dari sains sebagai proses, sebagaib produk dan sebagai sikap dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubunagan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan) dan percobaan0percobaan yang ketat dan obyektif. Meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tesebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah (scientific method).
Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakata, konsep prinsip, hokum dan teori (Carin dan Sund 1989; Sinardi, 1989). Fakta adalah suatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau symbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda (obyek), peristiwa, keadaan, sifat, kondoisi, cirri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubugan secra sistematis, dan kebenarannya sudah teruji secara empiric serta dianggap berlaku secara universal (Hasan,1996). Secara sederhana konsep adalah batasan atau pengertian dari sesuatu, missal: jika bola dipandang sebagai suatu konsep, maka kita dapat mengemukakan tentang pengertian tentang bola adalah suatu benda yang berbentuk bulat dan biasanya digunakan dalam permainan, seperti permainan sepak bola, permainan bola basket, dan sebagainya. Sedangkan teori secara sederhana adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) sehingga menjadi asas atau hokum umum suatu ilmu pengetahuan, misalnya teori atom: teori yang menyatakan  bahwa materi disusun oleh partikel-partikel kecil yaitu atom; contoh lain: teori heliosentris, yaitu teori yang menyatakan bahwa bumi itu berbentuk bulat serta berputar mengelilingi sumbunya, dan beserta planet-planet lainnya beredar mengelilingi matahari.
Ketiga, sains ssebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Sikap dimaksud dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar; yaitu 1). Seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah dan 2). Seperangkap sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandanng dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karier dimasa depan (Dawson, 1995; Sarkim, 1998). Termasuk kedalam kelompok pertama adalah a). kesadran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, b). kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, c). kemauan melakukan eksperimen atau melakukan kegiatan secara berhati-hati, d). menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan. Sikap-sikap yang termasuk kedalam kelompok kedua adalah, a). rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, b). pengakuan bahwa sainsdapat membantu memecahkan masalah-masalah individual dan global, c). memiliki rasa antusiasme untuk mengusai pengetahuan dan metode sains, d). pengakuan pentinganya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini, e). pengakuan bahwa sains merupakan aktivitas manusia f). pemahaman hubungan antara sains dan bentuk manusia lainnya.
B.     SIAPAKAH ILMUWAN ITU
Ilmuwan merupakan padanan kata dari Scientist yang diambil dari istilah dalam bahasa inggris. Terkait dengan kaidah tersebut, dapatkah kita mengetahui bahwa seseorang termasuk sebagai ilmuwan atau bukan ? Jawaban tentu dpat, walaupun terkadang agak sulit. Lalu, bagaimanakah cara mengethaui dan menekukannya ? Cra yang paling tepat untuk mengungkapkannya adalah dengan mengidentifikasi karakteristik yang melekat padanya.
 Semakin banyak ciri-ciri yang cocok dengan karakteristik ilmuwan melekat, maka semakin kuat seseorang dapat dikategorikan sebagai ilmuwan; sebaliknya semakin sedikit cirri-ciri yang sesuai melekat, maka semakin kecil dia mendapatkan gelar sebagai ilmuwan. .
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan sebagai saintis dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :
1.    Dari cara kerja dalam menyingkap alam dan menyelesaikan permasalahan.
Seseorang dapat dikatakan sebagai sainstis, apabila cara kerja dia dalam mengenal, menggali dan mengungkap segala sesuatu yang terkait dengan ala mini dan segala permasalahannya mengikutiproses ilmiah, dengan kata lain menggunakan metode ilmiah (scientic method). Cra-cara kerja yang dapat dilakukan oleh seorang sainstis, diantaranya mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, enjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, merancang penyelidikan termasuk eksperimen- eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Indikator-indikator tersebutlah yang dijadikan rujukan untuk melihat cara kerja seseorang, apakah memenuhi criteria sainstis atau tidak.
2.    Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya.
Kemampuan seseorang dapat dikatakan sesuai ilmuwan dapat dilihat dari bagaimana ia menjelaskan hasil dan cara-cara mendapatkannya, maksudnya adalah hasil-hasil pemngungkapan dan penyingkapan fenomena tentang alam dan permasalahannya, baik berupa fakta, konsep, prinsip, teori maupun aspek-aspek lain terkait dengan yang ditemukan dapat dijelaskannya secara memadai dan sesuai prosedur ilmiah yang diakui.
3.    Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapinya.
 Untuk dapat melakukan cara kerja yang sesuai dengan prosedur dan metode sains serta dapat menghasilkan  sesuatu sesuai dengan keinginanbya; maka seseorang bila ingin dikatakan sebagai sainstis, harus memiliki sikap-sikap positif yang menunjang produktivitas dan aktifitasnya dalam pengungkapn dan pengembangan pembelajaran sains itu sendiri. Bebrapa indicator yang dapat dijadikan ukuran melekat atau tidaknya sikap-sikap sebagai sainstis, diantaranya:
a.         Memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi
b.        Memiliki sikap tidak mudah putus asa
c.         Memiliki sikap keterbukaan untuk dikritik dan diuji
d.        Memiliki sikap menghargai dan menerima masukan
e.         Memiliki sikap jujur
f.         Memiliki sikap kritis
g.        Memiliki sikap kreatif
h.        Memiliki sikap positif terhadap kegagalan
i.          Memiliki sikap rendah hati
j.          Hanya menyimpulkan bila didukung oleh data yang memadai
Mengacu pada uraian diatas, dapat ditarik suatu pernyataan bahwa sainstis itu tidak dilahirkan, tetapi dihasilkan melalui pembinaan, pembiasaan, pelatihan mungkin juga tempaan-tempaan yang kadang-kadang membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sifat-sifat sainstis tidak begitu saja langsung melekatpada individu, tetapi berkembang secara bertahap, simultan dan membutuhkan konsistensi dalam pengkarakterannya.
Bagaimanakah denagn karakteristik anak usia dini jika memiliki kesamaan dengan indicator-indikator sainstis diatas? Hal tersebut dapat dijelaskan pertama setiap anak secara genotif memang sejak lahir dianugerahi oleh Tuhan alat-alat untuk mengisi kehidupannya dalam keadaan yang cukup lengkap sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk yang paling sempurna. Atas hal tersebut, sifat-sifat sainstis yang ada pada seseorang anak lebih harus dipandag sebagai potensi menjadi sainstis, bukan sains atau saintis itu sendiri. Kedua, hal tersebut hahrus dipandang sebagai suatu titik (entry-points) dan pengalaman awal anak yang dapat dijadikan titik tolak dalam pengembangan, pembinaan dan pembelajaran sains pada anak secara khusus maupun secara umum. Hal tersebut sangat penting dipahami sebagai berbagai tindakan pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki kesinambungan denga sifat-sifat dasar sains yang telah dimiliki oleh anak ejak kelahirannya. Disinilah penulis ingin menegaskan, mengapa pembekalan sains penting dilakukan pada individu sejak usia mereka masih didni, yaitu agar potensi menjadi ilmuwan dan pengalaman awal sains pada setiap anak dapat difasilitasi dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian pendidikan dan pembelajaran sains pada anak menjadi lebih optimal, bermakna, fungsional dan sinergis dengan kondisi anak, baik ditinjau dari psikologis maupun pedagogis.
C.    ANAK DAN SAINS.
Banyak ahli yang telah menyelidiki bagaimana konsep dan batasan sains ditinjau dari sudut anak, diantaranya menurut Carson 1965 (Holt, 1991), berdasarkan pengamatannya tehadap perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan berbagai obyek sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan, sesyatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta member pengetahuan atau merangsanganya untuk mengetahui dan mnyelidikinya.
Dengan batasan tersebut, sains oleh anak dapat ditemukan di semua tempat, baik dirumh, dihalaman, disekolah dan sebagainya.
Bias jadi anak-anak yang tinggal dipedesaan, menagkap kodok dan mengikatnya dengan tali dari pelepah pisang kemudian si kodok dibiarkan melompat, dan anak secara beramai-ramai dengan temannya mmperhatikan bagaimana kodok melompat merupakan bagian dari pemahaman dan perilaku sains yang dieksperikan oleh mereka. Sebaliknya bagi ank-anak yang tinggal diperkotaan, mengamati berbagai fenomena kendaraan dipinggir jalan yang berlalu lalang silih berganti, dalam pikiran mereka ada yang melaju cepat, melaju lambat bahkan ada yang berhenti, dan mati mesinnya:itu merupakan bagian dari  sains juga baik ank-anak didaerah tersebut. Contoh konkrit lainnya yang lebih nayata, misalnnya:
·           Anak menagkap capung, memasukkannya ke sebuah toples, mengamayi dan merasakannya, berikutnya timbul rasa kasihan (iba), sehingga tumbuh perasaan lebih baik dilepaskan
·           Anak mengenakan jaket dimusim hujan (dingin) dan merasakannya menjadi hangat selama dan setelah mengenkannya
·           Anak melihat dan memperhatikan seekor kepiting dan seekor laba-laba. Mereka membanding-bandingkannya, kenudian timbul pertanyaan di benaknya mengapa keduanya seperti mirip?
·           Seorang anak mengamati orang dewasa sedang memberikan makanan pada hewan. Perlahan-lahan dia mendekati, kemudian disamping orang dewasa tersebut ia mulai memberanikan diri memberikan makanan secara langsung pada hewan itu.
Dengan segala potensi sains yang melekat pada anak, bagaimanakah implikasinya terhadap kita, lebih khusus kepada kita yang senantiasa berada disekitar anak? Jawabnya, secara umum kita bertanggung jawabterhadap pendidikan mereka. Mengapa?, karena kita berada pada posisi  yang lebih luas wawasannya, lebih kaya pengalamannya, dan lebih kuat dibandingkan dengan kehidupan dan keadaan anak-anak. Semua pengalaman tersebut merupakan suatu keuntungan bagi kita untuk dapat menjelaskan dan mendampingi mereka dalam mengungkap dan menghadirkan dunia sains kehadapan anak. Untuk merealisasikannya, kita perlu ragu, kita harus yakin bahwa anak memiliki kemampuan, kesanggupan dan kepekaan untuk mendapatkan jawabannya;dengan kata lain mereka akan dapat mengenal sains secara baik.
D.    MATEMATIKA BAGI ANAK USIA DINI
Saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan menjelajah dan menemukan benda-benda disekitarnya, anak dihadapkan pada dunia matematika. Selama melakukan kegiatan harap selalu diingat bahwa pemahaman matematika dan perasaan bahwa matematika itu menyenangkan akan membantu anak mengembangkan keterampilan yang akan ia perlukan demi keberhasilan seumur hidupnya. Kegiatan dalam hal ini dimaksudkan agar menyenangkan dan menarik serta menggunakan benda-benda yang ada dirumah dan disekitar anak.
Matematika ada diman –mana , dan matematika itu meneyenanghkan, Matematika merupakan salah satu hal dasar yang perlu dipelajari anak, disamping membaca, matematika juga merupakan hal yang dapat anda ajarkan pada anak sedini mungkin. Bayi dan anak kecil senang belajar, jadi kenapa tidak kita kenalkan mereka pada matematika?. Anda harus berhati-hati untuk tidak memaksakannya pada anak supaya mereka tidak membenci matematika, yang perlu dilakukan anda dan orang tua adalah mengeerjakan kegiatan matematika untuk anak-anak, bukan mengajarkan matematika seperti disekolah (maksudnya dengan menghafal dan ulangan, hal itu justru akan membuat anak bencii matematika).
Matematika menjadi semakin penting pada zaman teknologi, semakin penting jugalah anak belajar matematika tiba disekolah maupun rumah.




BAB II
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
Setelah membaca bab ini, Anda diharapkan mampu :
1.    Mengidentifikakasi tujuan pembelajaran sains
2.    Menganalisis nilai sains bagi pengembangan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
3.    Menganalisis nilai sains bagi pengembangan berfikir kritis dan kreativitas, aktualisasi diri dan kehidupan anak serta nilai religious anak
4.    Mewujudkan pembelajaran matematika yang menyenangkan


A.    TUJUAN PEMBELAJARAN SAINS BAGI ANAK
Tujuan sains atau pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.         Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
2.         Membantu melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tentang alma sekitar dalam diri  anak menjadi berkembang.
3.         Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajri benda-benda serta kejadian diluar lingkungan
4.         Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri dalam kehidupannya
5.         Membantu anak agar mampu menerpakan berbagai kosep sains untuk mejelaskan gejal-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
6.         Membantu anak agar mampu menggunakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
7.         Membnatu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan tuhan yang maha esa.
Agar uraian tentang tujuan-tujuan pengembangan pembelajaran sains yang telah disajikan diatas menjadi lebih mudah untuk diidentifikasi dan diorganisasikan, khususnya oleh para pengajar sains pada anak usia dini, maka tujuan-tujuan pengajran sains bagi anak dapat disimpulkan menjadi tiga dimensi utama sebagai sasran pokoknya, yaitu dimensi produk, dimensi proses, serta dimensi sikap sains.

DIMENSI TUJUAN DAN TARGET PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI
No
(1)
dimensi sains yang diprogramkan (2)
Dimensi yang dapat dikembangkan (setiap bidang) (3)
Pribadi yang terbentuk (totalitas) (4)
1
Sains sebagai produk
·      Penguasaan fakta, konsep, prinsip, dan teori (kumpulan pengetahuan)
·      Penguasaan segala sesuatu yang ditemukan dalam bidang sains
·      Kemampuan menjelaskan segala sesuatu yang memadai
·      Kemampuan menjelaskan cara-cara menguasai produk sains itu
·      Penguasaan sains sebagai produk secara komprehensip (menyeluruh) dan utuh
·      Memiliki bekal kemampuan dasar untuk keperluan kehidupannya
·      Memiliki keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep sains dalam kehidupannya
·      Memiliki sikap ilmiah dan menggunakan pendekatannya dalam menyelesaikan masalah hidup yang dihadapinya
·      Memiliki kesadaran akan keteraturan alam dan segala keindahan yang ada disekitarnya, sehingga timbul mencintai dan memliharanya
·      Memiliki tingkat kreativitas dan inovasi yang lebih berarti.
2
Sains sebagai proses
·      Penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk menggali dan menemukan sains
·      Menguasai prosedur kerja menyingkap alam/lingkungan dengan mengikuti proses ilmiah (metode ilmiah)
·      Menguasai cara-cara dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan penggalian dan pengembangan pembelajaran sains
·      Keterampilan/proses yang secara benar harus memiliki, diantaranya keterampilan:
§  Mengamati
§  Menggolongkan
§  Menguraikan
§  Menjelaskan
§  Mengajuka pertanyaan
§  Merumuskan problem
§  Merumuskan hipotesis
§  Merancang penelitian
§  Merancang eksperimen
§  Mengumpulkan data
§  Menganalisis data
§  Menarik kesimpulan
§  Dan sebagainya

3
Sains sebagai sikap
·      Pembentukan pribadi (character building) yang merupakan cerminan sikap dari ilmuwan (scientist),
·      Sejumlah sikap yang harus dikembangkan, diantaranya:
§  Sikap jujur
§  Sikap kritis
§  Sikap kretaif
§  Positif terhadap kegagalan
§  Sikap rendah hati
§  Tidak mudah putus asa
§  Keterbukaan untyuk dikritik dan diuji
§  Sikap menghargai dan menerima masukan
§  Berpedoman pada fakta dan data
§  Hasrat ingin tahu
§  Dan sebagainya.
·         Tumbuh dan berkembang minat untuk studi lanjut pada bidang sains khususnya, dan bidang lain pada umumnya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites